Rabu, 12 Februari 2020

EKONOMI DIGITAL DAN KAUM BURUH


“EKONOMI DIGITAL DAN KAUM BURUH”
*Muhammad Gerly Bayu Adjie

            Perkembangan ekonomi digital dalam beberapa tahun terakhir mengalami kemajuan yang pesat. Hampir seluruh sektor bisnis dituntut untuk mengikuti tren digital yang saat ini berkembang di antaranya melalui medium telepon pintar. industri yang saat ini masih menggunakan mekanisme konvensional dipaksa bertranfsormasi menjadi digital dan berteknologi. Bagi perusahaan yang mampu mengelola transformasi itu dengan baik relatif bisa bertahan menghadapi perkembangan. Sebaliknya, jika itu tidak mampu dilakukan perusahaan terancam gulung tikar. Atau bisa juga bertahan tapi berpeluang melakukan efisiensi yang berdampak pada pemutusan hubungan kerja (PHK). Mengingat karakter pekerjaan berubah, kompetensi yang perlu dimiliki buruh juga harus menyesuaikan. dalam membangun SDM pentingnya kualitas tenaga kerja yang selaras dengan kebutuhan industri. Kemudian jumlahnya harus masif dan tersebar merata di seluruh wilayah Indonesia.
            Perkembangan ekonomi digital sendiri lahir dari banyaknya warga Indonesia yang menggunakan internet diantaranya sebagai media transaksi digital.
Dihimpun dari data statistik CAGR berikut adalah data pengguna internet menurut negara dari tahun 2015 hingga tahun 2020.
Data statistik CAGR 2016. Pengguna Internet Menurut Negara 2015-2020 [1]
Penggunaan internet oleh warga negara Indonesia memang semakin hari semakin meningkat. Maka dari itu internet merupakan media yang sangat banyak digunakan oleh warga negara Indonesia salah satunya adalah untuk melakukan transaksi.
Banyak dari warga Indonesia melakukan transaksi belanja dengan internet atau dapat kita sebut sebagai aktivitas belanja menggunakan e-commerce. Pada tahun 2016, Databoks memberikan
statistik banyaknya konsumen di Indonesia yang menggunakan e-Commerce.
data statistik e-Marketer 2016. Peningkatan Konsumen Indonesia yang menggunakan e-Commerce dari tahun 2012-2016.

Dalam data statistik yang telah diberikan oleh CAGR dan e-Marketer diatas jelas statistic tersebut adalah bukti bahwa era sekarang ini adalah era digitalisasi yang lahir seiring dengan perubahan dan perkembangan teknologi yang berawal dari Revolusi Industri 4.0
 
Revolusi Industri 4.0
Definisi mengenai Industri 4.0 beragam karena masih dalam tahap penelitian dan pengembangan. Kanselir Jerman, Angela Merkel (2014) berpendapat bahwa Industri 4.0 adalah transformasi komprehensif dari keseluruhan aspek produksi di industri melalui penggabungan teknologi digital dan internet dengan industri konvensional. Schlechtendahl dkk (2015) menekankan definisi kepada unsur kecepatan dari ketersediaan informasi, yaitu sebuah lingkungan industri di mana seluruh entitasnya selalu terhubung dan mampu berbagi informasi satu dengan yang lain.
Industri 4.0 adalah nama tren otomasi dan pertukaran data terkini dalam teknologi pabrik. Istilah ini mencakup sistem siber-fisikinternet untuk segalakomputasi awan, dan komputasi kognitif.
Industri 4.0 menghasilkan "pabrik cerdas". Di dalam pabrik cerdas berstruktur moduler, sistem siber-fisik mengawasi proses fisik, menciptakan salinan dunia fisik secara virtual, dan membuat keputusan yang tidak terpusat. Lewat Internet untuk segala (IoT), sistem siber-fisik berkomunikasi dan bekerja sama dengan satu sama lain dan manusia secara bersamaan. Lewat komputasi awan, layanan internal dan lintas organisasi disediakan dan dimanfaatkan oleh berbagai pihak
Pengertian Teknologi 
Pengertian Teknologi yaitu berbagai keperluan serta sarana berbentuk aneka macam peralatan atau sistem yang berfungsi untuk memberikan kenyamanan serta kemudahan bagi manusia.  
Teknologi berasal dari kata technologia (bahasa Yunani) techno artinya ‘keahlian’ dan logia artinya ‘pengetahuan’. Pada awalnya makna teknologi terbatas pada benda- benda berwujud seperti peralatan- peralatan atau mesin. 
Seiring berjalannya waktu makna teknologi mengalami perluasan. ia tidak terbatas pada benda berwujud, melainkan juga benda tak berwujud. semisal perangkat lunak, metode pembelajaran, metode bisnis, pertanian dan lain sebagainya.

Ekonomi Digital
Ekonomi digital sudah bukan rahasia lagi dalam kehidupan sehari-hari. Tanpa sadar, sebenarnya kita adalah salah satu dari sekian banyak pelaku dari ekonomi digital itu sendiri. Secara definisi, Ekonomi digital adalah aspek ekonomi yang berbasiskan pada pemanfaatan dan pemberdayaan teknologi informasi dan komunikasi digital. Secara garis besar dapat disimpulkan bahwa ekonomi digital adalah kegiatan ekonomi yang menggunakan teknologi yang berbasis digital. Contoh handphone dan komputer yang mana keduanya telah memiliki akses dalam koneksi yang menghubungkan pada internet.
Ekonomi digital sendiri muncul bukan tanpa memberi apa-apa. Kehadirannya menimbulkan beberapa tantangan yang berkaitan dengan ekonomi digital tadi.
Berikut 5 tantangan terhadap Ekonomi Digital
Revolusi Industri 4.0 mendorong berbagai negara di dunia untuk terus berinovasi dalam ranah perekonomian digital. Melakukan inovasi dan mengikuti perkembangan yang ada memang tidak selalu mudah. Ada berbagai macam tantangan yang dihadapi melalui strategi-strategi yang terencana. Untuk kasus di Indonesia, ada lima tantangan dalam investasi digital ekonomi di Indonesia saat ini. Berikut di antaranya yang perlu kita ketahui.
Pertama adalah Cyber Security, Cyber security masih menjadi tantangan utama di berbagai negara dalam hal perekonomian digital. Begitu pula dengan digital ekonomi Indonesia. Sebagai negara berkembang yang memiliki peluang besar, Indonesia memiliki arus transaksi online yang semakin meningkat setiap tahunnya. Hal ini akan menjadi celah baru bagi pihak yang tidak bertanggung jawab untuk melakukan penyerangan terhadap dunia cyber. Bahkan negara kita pernah mendapat 1.225 miliar serangan cyber setiap harinya.
Yang kedua ada pesaingan yang ketat. Perekonomian digital juga membawa persaingan pasar semakin ketat. Berkembangnya e-commerce seolah menjadi keran masuknya produk-produk dari negara lain ke Indonesia dengan mudah. Akibatnya, produk-produk lokal pun jika tidak berkembang akan tergerus oleh produk dari negara lain yang cenderung dijual dengan harga terjangkau.
Misalnya saja membanjirnya produk-produk dari Cina, Singapura, maupun Jepang. Ditambah lagi sat ini masih minim produk dari UMKM yang masuk dalam ranah e-commerce. Di sinilah diperlukan adanya sinergi dari pihak pemerintah maupun swasta agar produk lokal ini dapat bersaing.
Yang ketiga yaitu pembangunan sumber daya manusia. Tantangan selanjutnya dalam menghadapi investasi digital ekonomi Indonesia ialah mengenai sumber daya manusia. Hal ini tentu menjadi PR bagi pemerintah di negara-negara berkembang seperti Asia Tenggara, termasuk pula di Indonesia. Pada tahun 2017, sebagaimana dilansir dari Kompas.com, Google menyebutkan bahwa di Asia Tenggara sumber daya profesional dalam mendongkrak pertumbuhan ekonomi digital masih minim.
Yang keempat ketersediaan akses internet yang memumpuni, Sama halnya dengan pembangunan sumber daya manusia, faktor lain yang tak kalah pentingnya adalah mengenai infrastruktur. Dalam hal ini, yang menjadi poin penting adalah ketersediaan akses internet mumpuni di hampir seluruh wilayah. Sebab, akses internet inilah yang memengaruhi digital ekonomi di Indonesia.
Saat ini akses internet masih terpusat di pulau-pulau terbesar saja seperti Jawa, Sumatera, Bali, dan Nusa Tenggara. Sedangkan wilayah seperti Kalimantan, Sulawesi, hingga Papua dinilai masih minim. Data tersebut dilansir oleh Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet di Indonesia pada 2017 lalu. Diharapkan dengan adanya program pembangunan internet, nantinya bisa mendorong peningkatan perekonomian.
Yang kelima yaitu regulasi yang belum mengikuti perkembangan zaman. Tantangan lainnya ialah mengenai adanya regulasi dan dasar hukum yang perlu dirancang untuk mengikuti perkembangan zaman. Hukum klasik yang menyebutkan bahwa hukum selalu berjalan tertatih-tatih mengejar perkembangan zaman mungkin akan berlaku jika aturan main mengenai digital ekonomi di Indonesia tidak ditangani dengan optimal.
Menanggapi hal ini, pemerintah pun dengan sigap membuat peraturan perundang-undangan yang mengatur jalannya perekonomian digital nasional. Begitu pula dengan lembaga-lembaga terkait. Ini semata-mata untuk melindungi hak-hak konsumen dan pelaku ekonomi digital agar dapat berjalan dengan baik di masa mendatang.
Dampak ekonomi digital terhadap kaum buruh
walau perkembangan digital itu semakin memudahkan aktivitas masyarakat tapi ada risiko yang perlu diantisipasi terutama oleh pemangku kepentingan di bidang ketenagakerjaan.
industri yang saat ini masih menggunakan mekanisme konvensional dipaksa bertranfsormasi menjadi digital dan berteknologi. Bagi perusahaan yang mampu mengelola transformasi itu dengan baik relatif bisa bertahan menghadapi perkembangan. Sebaliknya, jika itu tidak mampu dilakukan perusahaan terancam gulung tikar. Atau bisa juga bertahan tapi berpeluang melakukan efisiensi yang berdampak pada pemutusan hubungan kerja (PHK).
perkembangan digital berdampak pada bidang ketenagakerjaan. Industri pers khususnya media cetak sangat merasakan dampak tersebut karena digitalisasi mengubah pola konsumsi masyarakat. Sebelum digitalisasi berkembang pesat, masyarakat banyak berlangganan media cetak untuk mendapatkan informasi. Ketika itu media cetak masih memperoleh keuntungan yang besar selain dari pembaca yang membeli juga pengiklan.
Setelah era digital semakin berkembang, masyarakat bisa mudah mengakses informasi bukan lagi dari media cetak tapi perangkat digital seperti telepon pintar. Media cetak mencoba mengikuti tren itu dengan membuat konten digital melalui web dan medium lainnya yang bisa diakses melalui telepon pintar. Media cetak berharap digitalisasi itu bisa menampung sumber pendapatan yang selama ini mereka dapat dari iklan. Sayangnya, harapan itu tidak terwujud. Alih-alih memasang iklan di perusahaan media, para pengiklan lebih memilih media sosial. Pada era digitalisasi seperti sekarang yang kebanjiran iklan adalah media sosial.
Kondisi itu membuat bisnis media menghadapi krisis karena keuntungan yang dicapai tidak seperti masa sebelumnya. Ujungnya, yang berpotensi menjadi korban yakni buruh dan keluarganya. Tidak sedikit para jurnalis dan pekerja di perusahaan media mengalami masalah ketenagakerjaan karena perusahaan tempat mereka bekerja tidak mampu mengadapi arus digitalisasi.
Berbagai bentuk pelanggaran normatif yang dialami buruh di perusahaan media tersebut seperti upah di bawah standar, hak kepastian bekerja dan jaminan sosial. Ada juga yang mengalami PHK sepihak, upah tidak dibayar penuh dan dicicil, atau di mutasi ke bagian lain dengan harapan si pekerja mengundurkan diri.[2]
Alih-alih kepada buruh yang telah di putus kontrak kerjanya, jelas pada hal ini menambah tingginya angka persaingan di era yang penuh dengan pembaharuan yang berujung pada pengangguran, dengan perusahaan yang tidak bisa bersaing dengan perkembangan era malah buruh yang dijadikan korbannya.
Dari sisi lain, ekonomi digital banyak diperkirakan akan menumbuhkan banyak lapangan pekerjaan baru, apakah benar demikian? Sebenarnya era digitalisasi ini menuntut manusia juga dalam melawan perkembangan dunia yang semakin hari semakin ada pembaharuan, Saat ini, terjadi perubahan paradigma terhadap pekerjaan. salah satu pola yang terbentuk adalah manusia tidak lagi mengejar status pekerjaan tetap, tetapi memilih untuk tetap bekerja.
Dalam era digitalisasi, memang masih banyak yang belum siap terhadap perubahannya, seperti dimana masyarakat Indonesia masih didominasi oleh lulusan SD-SMP, jelas ini adalah hambatan dalam menerima kemajuan teknologi dan pembaharuan era Revolusi Industri 4.0. kualitas sumber daya manusia juga patut kita soroti.
Memang dalam era yang serba digital, perlunya mencari jalan keluar selain pemutusan hubungan kerja yang dilakukan perusahaan kepada para buruh. seharusnya PHK itu sendiri bukanlah jalan keluar apapun alasannya, entah buruh tersebut dipindah tugaskan agar buruh itu mengundurkan diri karena tidak merasa nyaman, atau memang perusahaan langsung memutuskan untuk PHK.
Yang tidak mampu bersaing bukan hanya perusahaan saja, memang buruh juga harus dilihat kualitas kinerjanya, apakah memang sudah memiliki kemampuan serta kesiapan dalam menjalankan kehidupan Revolusi Industri 4.0 yang membuat manusia harus kuat dalam segala digitalisasi.
Untuk membuat para seluruh buruh yang dianggap belum memiliki kecukupan dalam menghadapi Revolusi Industri 4.0 perusahaan maupun pemerintah sebenarnya memiliki banyak cara dalam meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia buruh itu sendiri.
Salah satu upaya meningkatkan kualitas SDM adalah dengan pendidikan dan pelatihan yang berdasarkan pada komputer. pendidikan dan pelatihan ini bertujuan untuk menyesuaikan karakter industri di era 4.0. ini merupakan sesuatu yang penting karena komputer memang salah satu penggerak kemajuan 4.0.
Dalam menghadapi Revolusi Industri 4.0. Pemerintah lewat Kemenristekdikti telah menyiapkan strategi berupa e-learning jarak jauh yang bertujuan untuk peningkatan sumber daya manusia yang ada didalamnya diantaranya adalah :
1.      Infrastruktur TIK
Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) memiliki peran vital dalam upaya mengakselerasi pembangunan SDM Indonesia yang unggul dan mampu bersaing di tingkat global di era Revolusi Industri 4.0.
2.      Perubahan Konten Kurikulum
menghadapi tantangan Revolusi Industri 4.0 Kemenristekdikti juga melakukan perubahan konten kurikulum. Prinsipnya, semua prodi harus menguasai dasar yang berkaitan dengan teknologi, data, dan ‘humanity’. Dengan demikian lulusan perguruan tinggi akan siap menghadapi tantangan dunia kerja di era Revolusi Industri 4.0.
3.      Sertifikat Kompetensi
Kompetensi dan kreativitas lulusan juga menjadi fokus pengembangan SDM di perguruan tinggi. Lulusan perguruan tinggi terutama politeknik dan pendidikan vokasi tidak hanya dibekali ijazah, namun sertifikat kompetensi.
4.      Kolaborasi Industri
Untuk meningkatkan relevansi kurikulum politeknik dan pendidikan vokasi dengan dunia industri, melalui program Revitalisasi Pendidikan Vokasi Kemenristekdikti juga mewajibkan politeknik dan pendidikan vokasi memiliki partner industri. Kerja sama yang erat antara politeknik dan dunia industri diharapkan mampu mengisi ruang perbedaan antara teori dan praktek yang di ajarkan di kampus dengan kebutuhan kompetensi sebenarnya di dunia industri.
5.      Semangat Kewirausahaan
Kemenristekdikti juga memiliki berbagai program untuk meningkatkan kreativitas dan jiwa kewirausahaan mahasiswa sejak di bangku kuliah. Perguruan tinggi tidak hanya dituntut untuk menghasilkan mahasiswa yang siap kerja, namun juga melahirkan mahasiswa yang mampu membuka lapangan kerja. Kreativitas, jiwa kewirausahaan, dan inovasi merupakan hal penting dalam menciptakan industri kreatif di era digital.
Semua program yang dilakukan oleh kemeristekdikti bertujuan menyiapkan SDM dalam mendukung transformasi digital di Indonesia menuju industri 4.0 serta peningkatan ekonomi digital.[3]
Setelah mendapatkan peningkatan Sumber Daya Manusia kedepannya Sumber Daya Manusia itu sendiri akan memiliki fungsi dan pengaruh dalam menghadapi perkembangan serta mampu bersaing didalam era 4.0. Adapun fungsi Sumber Daya Manusia adalah sebagai berikut:
1.      Sebagai tenaga kerja
Tenaga kerja disebut juga ‘man power’ merupakan seluruh penduduk yang memiliki usia siap kerja (produktif). Tenaga kerja mempunyai kemampuan untuk memberikan jasa setiap satuan waktu yang berguna untuk menghasilkan produk berupa barang maupun jasa yang dapat bermanfaat bagi dirinya sendiri atau orang lain
2.      Sebagai tenaga ahli
Sumber daya manusia dapat berfungsi sesuai bidang dan kemampuannya salah satunya adalah sebagai tenaga ahli bagi suatu perusahaan atau negara.
3.      Sebagai pemimpin
Sumber daya manusia yang mempunyai kapasitas lebih besar dengan skill dan pengalaman yang mumpuni dapat berfungsi sebagai pemimpin bagi suatu golongan, perusahaan, maupun organisasi.
4.      Sebagai tenaga usahawan
Sumber daya manusia yang dapat menjadi tenaga usahawan adalah mereka yang dapat melaksanakan pekerjaan yang berhubungan dengan kemandirian dalam rangka menciptakan suatu produk baru yang bermanfaat bagi orang banyak maupun lingkungannya.
5.      Pengembangan IPTEK
Sumber daya manusia juga mempunyai fungsi utama dalam penemuan dan pengembangan ilmu sehingga dapat digunakan untuk kemajuan dirinya sendiri, lingkungan, dan orang lain termasuk perusahaan ataupun organisasi.

Referensi:
[1]Ariella Audrey “Perkembangan Ekonomi Digital di Indonesia”, diakses dari https://www.kompasiana.com/audreyariella/5909c36feaafbd7022d2eb89/yuk-cari-tahu-perkembangan-ekonomi-digital-di-indonesia pada tanggal 12 Februari 2020 18:52
[2]Ady Thea Da, “Dampak Ekonomi Digital Terhadap Hubungan Industrial”, diakses dari https://www.hukumonline.com/berita/baca/lt5a754cce5e50f/begini-dampak-ekonomi-digital-terhadap-hubungan-industrial/
[3]Yohanes Enggar Harususilo“Program Pembangunan SDM di Era Revolusi Industri 4.0“ diakses dari https://edukasi.kompas.com/read/2019/03/13/19300891/5-program-ini-membangun-sdm-unggul-indonesia-di-era-industri-40?page=all pada tanggal 12 Februari 2020 21:23

Selasa, 11 Februari 2020

REVOLUSI INDUSTRI DAN PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA TERHADAP KESEJAHTERAAN SOSIAL

“REVOLUSI INDUSTRI DAN PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA TERHADAP KESEJAHTERAAN SOSIAL”
*Muhammad Gerly Bayu Adjie


     Manusia sejatinya merupakan makhluk sosial yang pada dasarnya sangat ingin memiliki kehidupan yang cukup hingga masuk dalam kriteria sejahtera. Lantas bagaimanakah tolak ukur kesejahteraan manusia itu sendiri?. Menurut Suharto (2006:3) kesejahteraan sosial juga termasuk sebagai suatu proses atau usaha terencana yang dilakukan oleh perorangan, lembaga-lembaga sosial, masyarakat maupun badan-badan pemerintah untuk meningkatkan kualitas kehidupan melalui pemberian pelayanan sosial dan tunjangan sosial. Sedangkan menurut Undang Undang nomor 11 tahun 2009 tentang kesejahteraan sosial yaitu kesejahteraan sosial adalah kondisi terpenuhinya kebutuhan material, spiritual, dan sosial warga negara agar dapat hidup layak dan mampu mengembangkan diri, sehingga dapat melaksanakan fungsi sosialnya. Sudahkah semua manusia terpenuhi kebutuhan material, spiritual dan sosialnya hingga sudah dapat dikatan bahwa mereka memiliki kehidupan yang layak? Tentu belum jawabannya. Kita ambil contoh Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) sepihak yang dilakukan oleh perusahan-perusahaan yang memberi alasan bahwa perusahaan tidak lagi membutuhkan banyak pekerja atau bahkan semakin majunya revolusi industri yang membuat sedikit demi sedikitnya peran vital manusia tersingkirkan. Bukan sebatas itu, tidak adanya kompensasi atau pesangon bagi mereka yang diputus kontrak kerjanya oleh perusahaan, membuat semakin terpuruknya nasib dari pekerja yang di PHK.




Hal ini yang akan menjadi pokok bahasan kita mengenai persoalan industrial yang memberikan dampak negatif bagi kehidupan manusia. Saya harap dengan adanya pembahasan ini dapat menjabarkan tentang permasalahan industrial yang ada terutama di Indonesia dan mampu memberi pemahaman lebih kepada pembaca. 

REVOLUSI INDUSTRI
Secara arti tiap kata, Revolusi adalah perubahan sosial dan kebudayaan yang berlangsung secara cepat dan menyangkut dasar atau pokok-pokok kehidupan masyarakat. Sedangkan Industri adalah kegiatan ekonomi yang mengolah bahan mentah, bahan baku, barang setengah jadi atau barang jadi menjadi barang yang bermutu tinggi dalam penggunaannya, termasuk kegiatan rancang bangun dan perekayasaan industri. Dengan demikian, industri merupakan bagian dari proses produksi. Dan jika di gabungkan kedua kata nya Revolusi Industri adalah perubahan yang berlangsung secara cepat dalam kegiatan ekonomi.  
            Bagaimana keadaan Revolusi Industri sejak awal kemunculannya? Mari kita kilas balik kondisi tersebut sejak pertama kali pada tahun 1750-1850 (abad ke-18).










REVOLUSI INDUSTRI 1.0
Revolusi Industri dimulai pada akhir abad ke-18, di mana terjadinya peralihan dalam penggunaan tenaga kerja di Inggris yang sebelumnya menggunakan tenaga hewan dan manusia, yang kemudian digantikan oleh penggunaan mesin yang berbasis menufaktur. Periode awal dimulai dengan dilakukannya mekanisasi terhadap industri tekstil, pengembangan teknik pembuatan besi dan peningkatan penggunaan batubara. Ekspansi perdagangan turut dikembangkan dengan dibangunnya terusan, perbaikan jalan raya dan rel kereta api Adanya peralihan dari perekonomian yang berbasis pertanian ke perekonomian yang berbasis manufaktur menyebabkan terjadinya perpindahan penduduk besar-besaran dari desa ke kota, dan pada akhirnya menyebabkan membengkaknya populasi di kota-kota besar di Inggris. Lantas apa pengaruh nya Revolusi Industri 1.0 yang pertama kali terjadi terhadap kondisi ekonomi, sosial dan politik terhadap kesejahteraan manusia yang biasanya bermodalkan tenaganya untuk bekerja?
Bagi ekonomi, Revolusi Industri 1.0 memberikan beberapa dampak diantaranya pelimpahan barang dengan harga yang murah, kondisi ini disebabkan oleh menimbulnya peningkatan industri dan pabrik secara besar-besaran melalui proses mekanisasi. Produksi barang akhirnya melonjak karena cepat dan mudah. Selain itu dampak lainnya perusahaan kecil gulung tikar karena sulitnya bersaing dengan perusahaan besar yang mulai menggunakan mesin membuat perusahaan tradisional menyerah. Dan dalam dampak ekonomi lainnya mengalami hal positif karena perdagangan lebih berkembang lagi berkat muncul nya alat komunikasi pada hal ini. Selain itu pula transportasi kian modern dengan kemunculannya membuat sarana dan prasarana makin sempurna dan lancar.
Dibidang sosial, berkembangnya urbanisasi melahirkan kota kota dan pusat keramaian baru, hal ini memicu petani semakin ingin pindah ke kota dengan jaminan industri semakin maju dan berkembang. Selain itu juga kemajuan industry melahirkan golongan berbeda, diantarnya golongan pengusaha dan golongan buruh. Bukan hanya itu saja, dengan banyaknya urbanisasi menimbulkan upah buruh yang kecil karena disebabkan oleh penumpukan buruh pekerja yang datang dari berbagai daerah hal ini juga yang memicu terjadinya kesenjangan sosial karena akan ada kaum majikan dan buruh, kaum majikan adalah golongan pengusaha yang hidup mewah, sedangkan kaum buruh adalah kaum yang sedikit hidup menderita. Kondinisi ini menimbulkan ketegangan dari para buruh yang membenci kebijakan ekonomi kapitalis dari para pengusaha, kaum buruh ini condong kepada paham sosialis.
Dibidang politik, Revolusi Industri 1.0 juga memberi pengaruh. Yang pertama yaitu munculnya kaum sosialis yang menuntut perubahan nasib untuk diri mereka dan lahirnya partai politik dalam upaya memperbaiki nasib kaum buruh terus menggalang persatuan. Lainnya, revolusi ini memberi dampak memunculkan imperealisme modern yaitu perluasan daerah-daerah sebagai tempat pemasaran hasil industri, mencari bahan mentah, penanaman modal yang surplus, dan tempat mendapatkan tenaga buruh yang murah.
REVOLUSI INDUSTRI 2.0
Revolusi Industri 2.0 atau Revolusi Industri kedua adalah kejadian perubahan-perubahan yang terjadi lebih besar dari Revolusi Pertama atau Revolusi Industri 1.0 yang berlangsung pada abad ke-18 tersebut.
Revolusi Industri kedua dikenal juga dengan revolusi teknologi karena dalam periode ini terjadi perubahan besar dalam perkembangan teknologi masyarakat. Dalam masa ini terjadi inovasi perkembangan teknologi Industri, yaitu dengan diketemukannya mekanisasi sistem produksi massal dengan menggunakan jalur perakitan (conveyor belt) yang lebih efektif dan efisien. Revolusi Industri 2.0 ini mendorong kemajuan pada bidang manufaktur. Meskipun pada Revolusi Industri 2.0 ini lebih terkesan meneruskan dari Revolusi sebelumnya seperti telah hadirnya mesin uap, telegram, jaringan kereta api, gas dan air bersih yang memang pada awalnya hanya berdiri di beberapa kota saja.
Perkembangan yang terjadi secara besar-besaran pada Revolusi Industri 2.0 ini, mulai diperkenalkannya telepon dan listrik dimana semua yang jauh untuk memenuhi kebutuhannya dapat terjangkau melalui telepon, bahkan listrik pun sebagai media yang membangun perkembangan mulai dari telepon, mesin berlistrik dan lainnya. Tak hanya itu juga, di era Revolusi Industri ini manusia sudah bisa mengembangkan besi dan baja untuk rel kereta, peralatan mesin, minyak bumi, kimia, karet, sepeda, dan mobil.
Perlu diketahui, Revolusi Industri 2.0 terjadi ketika sedang berlangsungnya Perang Dunia I dan Perang Dunia II
Dampak positif dan negatif revolusi industri 2.0 antara lain  sebagai berikut :
Dampak Positif :
a.       Proses produksi barang menjadi semakin mudah, cepat dan efisien dengan diketemukannya conveyor belt dan listrik, sehingga satu buah barang akan dikerjakan oleh beberapa tenaga kerja secara bergantian dengan spesialisasi yang berbeda - beda.
b.      Barang hasil industri menjadi semakin banyak sehingga harga jual nya menurun dan dapat dijangkau oleh seluruh kalangan masyarakat.
c.       Transportasi menjadi semakin cepat dan mudah karena alat transportasi seperti mobil sudah diproduksi secara massal.
d.      Komunikasi jarak jauh dapat dilakukan dengan menggunakan teknologi telegraf.
Dampak negatif :
a.       Pabrik yang semakin banyak mengakibatkan bertambahnya limbah industri yang menyebabkan pencemaran air, tanah dan udara.
b.      Munculnya daerah daerah kumuh yang merupakan daerah tempat tinggal para pekerja pabrik.
c.       Perlakuan terhadap pekerja yang kurang manusiawi, berhubungan dengan jam kerja dan perlindungan terhadap pekerja anak.
d.      Kondisi lingkungan yang memburuk.
e.       Terjadinya Perang Dunia II yang didukung dengan produksi massal pesawat tempur, tank dan peralatan perang lainnya
REVOLUSI INDUSTRI 3.0
Perkembangan jaman mendorong kita untuk melakukan inovasi. Di mulai dengan Revolusi industri 1.0 yang ditandai dengan ditemukannya mesin untuk industri, llu revolusi industri 2.0 ditandai dengan penemuan teknologi listrik untuk industri dan berikutnya revolusi industri ke-3 yang di awali dengan munculnya teknologi informasi dan elektronik yang masuk ke dalam dunia industri yaitu sistem otomatisasi berbasis komputer dan robot. Peralatan industri sudah tidak lagi dikendalikan oleh manusia, namun sudah dikendalikan oleh komputer atau lebih dikenal dengan istilah komputerisasi. Pada periode ini melahirkan inovasi pengembangan sistem perangkat lunak untuk memanfaatkan perangkat keras elektronik. Revolusi Industri 3.0 mengubah pola relasi dan komunikasi masyarakat kontemporer. Praktik bisnis pun mau tidak mau harus berubah agar tidak tertelan zaman. Namun, Revolusi Industri ini juga memiliki aspek yang layak diwaspadai. Teknologi membuat pabrik-pabrik dan industri-industri lebih memilih mesin daripada manusia. Terlebih lagi mesin canggih memiliki kemampuan dalam berproduksi lebih berlipat. Konsekuensinya, pengurangan tenaga kerja manusia tidak terelakkan. Selain itu, reproduksi pun mempunyai kekuatan luar biasa. Hanya dalam hitungan jam banyak produk dihasilkan. Jauh sekali bila dilakukan oleh tenaga manusia.
REVOLUSI INDUSTRI 4.0
Revolusi Industri 4.0 adalah nama tren otomasi dan pertukaran data terkini dalam teknologi pabrik. Istilah ini mencakup sistem siber fisik, internet untuk segala, komputasi awan dan komputasi kognitif
Revolusi Industri 4.0 memiliki prinsip-prinsipnya sendiri seperti misalnya kesesuaian antara perangkat, sensor, mesin, dan manusia untuk berhubungan dan berkomunikasi dengan satu lain dengan internet untuk segala (IoT)  selain itu Transparansi informasi: Kemampuan sistem informasi untuk menciptakan salinan dunia fisik secara virtual dengan memperkaya model pabrik digital dengan data sensor. Prinsip ini membutuhkan pengumpulan data sensor mentah agar menghasilkan informasi konteks bernilai tinggi. Bantuan teknis: Pertama, kemampuan sistem bantuan untuk membantu manusia dengan mengumpulkan dan membuat visualisasi informasi secara menyeluruh agar bisa membuat keputusan bijak dan menyelesaikan masalah genting yang mendadak. Kedua, kemampuan sistem siber-fisik untuk membantu manusia secara fisik dengan melakukan serangkaian tugas yang tidak menyenangkan, terlalu berat, atau tidak aman bagi manusia. Keputusan mandiri: Kemampuan sistem siber-fisik untuk membuat keputusan sendiri dan melakukan tugas semandiri mungkin. Bila terjadi pengecualian, gangguan, atau ada tujuan yang berseberangan, tugas didelegasikan ke atasan.
Secara artian dan kesimpulan, Revolusi Industri 4.0 telah memasuki zaman komputerisasi dimana komputer sebagai operator yang sistimnya dapat menjalankan pekerjaan membantu meringankan pekerjaan manusia. dan lebih membesarkan Internet of Things (IoT) dimana internet yang sangat memberi pengaruh besar dalam kegunaannya. Digitalisasi muncul diera 4.0 menandai bahwa dunia sekarang sudah memasuki dunia yang sangat canggih dari segi teknologi yang membawa kita kepada pembaharuan.
Lalu bagaimanakah dampak seluruh Revolusi Industri mulai dari Revolusi Industri 1.0 hingga Revolusi Industri 4.0 terhadap Indonesia? Apakah berimbas kepada Sumber Daya Manusia di Indonesia? dan apakah berpengaruh juga terhadap kesejahteraan sosial masyarakat di Indonesia terutama para pelaku di bidang industri?

Pengaruhnya terhadap Indonesia
Setelah lahirnya Revolusi Industri mulai dari Revolusi Industri 1.0 yang dilatar belakangi dengan Revolusi Ilmu yang mempengaruhi seluruh manusia untuk siap menghadapi perkembangan zaman sejak munculnya mesin uap hingga alat komunikasi jarak jauh dan sudah makin canggihnya dunia dengan kehadiran teknologi baru seperti robotik, internet dan digitalisasi lainnya.
Bukan rahasia lagi jika Revolusi Industri 1.0 hingga Revolusi Industri 4.0 memiliki pengaruh bagi kehidupan manusia di seluruh dunia, di Indonesia salah satunya, banyaknya perusahaan-perusahaan yang berdiri tegak yang diisi oleh mesin, listrik, alat telekomunikasi, komputerisasi, internet dan bahkan robot mesin penggerak yang telah mengisi era digitalisasi ini.
Sebenarnya dalam segi pengaruh positif Revolusi Industri 4.0, kemajuan teknologi dan pengetahuan sangat dibutuhkan karena seiring dengan perkembangan zaman demi meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang unggul dan berkualitas juga dapat bersaing, ilmu pengetahuan sangat penting untuk ditingkatkan, ini karena semakin canggihnya era sekarang. semua dapat diakses melalui computer yang tersambung pada internet, serta banyak sekali alat-alat digital lainnya yang mampu menyelesaikan segala masalah terutama pada bidang industri.
Bukan hanya hal positif yang lahir dari pengaruh Revolusi Industri, tetapi beberapa ancaman pun lahir menjadi permasalahan di era yang semakin meningkatnya teknologi ini. Ancaman ini menguji kelayakan dan kesiapan masyarakat di Indonesia dalam menerima pembaharuan terutama dari segi teknologi. Lantas sudah mampukah Indonesia dalam menerima ancaman yang masuk dari Revolusi Industri 4.0? menurut saya adalah belum.
Kita ambil contoh ketika pada industri agraris, masih ada petani menggunakan cangkul, walaupun beberapa daerah petaninya sudah memasuki Industri 4.0, tidak semua petani menguasai komputer. Bahkan dengan sudah banyaknya alat pengeruk sawah yang dapat kita sebut traktor, masih banyak yang menggunakan tenaga hewan yaitu kerbau.
Masalah lainnya terletak pada banyaknya penduduk Indonesia yang tidak memiliki kualitas yang memadai, karena diperkirakan dengan masuknya industri ini akan memangkas tenaga manusia dengan kemampuan SDM yang rendah dan kemungkinan meningkatkan angka pengangguran. Ini juga menjadi permasalahan ketika semua masyarakat desa berbondong-bondong datang ke kota dengan iming-iming gaji yang besar di Perusahaan Industri mebuat urbanisasi mengalami peningkatan, tak sedikit dari mereka yang gagal karena kualitas SDM mereka tidak diunggulkan.
Masalah selanjutnya ketika internet kini sebagai akses semua manusia lahir. Transportasi berbasis internet, transportasi online ini merupakan revolusi ketika manusia dapat mengakses internet untuk memesan transportasi ini. Sebut saja Gojek – Grab di dalamnya merupakan revolusi dari Ojek dan Taksi manual yang sebelumnya hanya bisa dipesan dengan cara manual, kini dapat mudah diakses melalui handphone masing masing. Hal ini juga belum dapat diterima sepenuhnya oleh masyarakat luas, ketika ojek pangkalan dan taksi offline melakukan sweeping dan melakukan batas wilayah ini merupakan bentuk belum siap nya masyarakat Indonesia dalam kemajuan tekonologi terutama dalam bentuk internet dan digitalisasi.
Masalah yang terbesar ketika pengangguran-pengangguran yang tumbuh karena kurangnya SDM yang unggul serta ancaman Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) oleh sejumlah perusahaan industri dengan beberapa alasan seperti defisit pengeluaran jika pekerja yang banyak dan dengan alasan tenaga manusia telah terganti oleh robot penggerak mesin mesin canggih yang  kini sudah tidak lagi terlalu membutuhkan bantuan tangan dan tenaga manusia. Ancaman ini jelas memberikan kerugian apabila benar terjadi pada buruh pekerja dan apakah Indonesia memang belum sepenuhnya siap menghadapi  Revolusi Industri 4.0? saya rasa belum.
Kita ambil contoh ketika pada industri agraris, masih ada petani menggunakan cangkul, walaupun beberapa daerah petaninya sudah memasuki Industri 4.0, tidak semua petani menguasai komputer. Bahkan dengan sudah banyaknya alat pengeruk sawah yang dapat kita sebut traktor, masih banyak yang menggunakan tenaga hewan yaitu kerbau.
Masalah lainnya terletak pada banyaknya penduduk Indonesia yang tidak memiliki kualitas yang memadai, karena diperkirakan dengan masuknya industri ini akan memangkas tenaga manusia dengan kemampuan SDM rendah dan kemungkinan meningkatkan angka pengangguran. Ini juga menjadi permasalahan ketika semua masyarakat desa berbondong-bondong datang ke kota dengan iming-iming gaji yang besar di Perusahaan Industri mebuat urbanisasi mengalami peningkatan, tak sedikit dari mereka yang gagal karena kualitas SDM mereka tidak diunggulkan.
Masalah selanjutnya ketika internet kini sebagai akses semua manusia lahir. Transportasi berbasis internet, transportasi online ini merupakan revolusi ketika manusia dapat mengakses internet untuk memesan transportasi ini. Sebut saja Gojek – Grab di dalamnya merupakan revolusi dari Ojek dan Taksi manual yang sebelumnya hanya bisa dipesan dengan cara manual, kini dapat mudah diakses melalui handphone masing masing. Hal ini juga belum dapat diterima sepenuhnya oleh masyarakat luas, ketika ojek pangkalan dan taksi offline melakukan sweeping dan melakukan batas wilayah ini merupakan bentuk belum siap nya masyarakat Indonesia dalam kemajuan tekonologi terutama dalam bentuk internet dan digitalisasi.
Masalah yang terbesar ketika pengangguran-pengangguran yang tumbuh karena kurangnya SDM yang unggul serta ancaman Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) oleh sejumlah perusahaan industri dengan beberapa alasan seperti defisit pengeluaran jika pekerja yang banyak dan dengan alasan tenaga manusia telah terganti oleh robot penggerak mesin mesin canggih yang  kini sudah tidak lagi terlalu membutuhkan bantuan tangan dan tenaga manusia. Ancaman ini jelas memberikan kerugian apabila benar terjadi pada buruh pekerja dan apakah Indonesia memang belum sepenuhnya siap menghadapi  Revolusi Industri 4.0?
Di era Revolusi Industri 4.0 dimana telah memunculkan kekhawatiran terjadinya PHK besar-besaran, harus menjadi momentum untuk mendorong profesionalisme dan kompetensi sebagai salah satu persyaratan dalam memenangkan persaingan. Artinya, dengan revolusi industri 4.0 yang mensyaratkan otomisasi mesin, robot, IoT dan IoP, kekhawatiran meningkatnya pengangguran menjadi sangat rasional dan logis.
Ancaman nyata Revolusi Industri 4.0 terhadap Pemutusan Hak Kerja (PHK) buruh yang paling nyata adalah ketika perkebangan teknologi industri di perusahaan tempat mereka kerja seperti mesin yang dapat membuat produk dapat dijalankan hanya dengan beberapa pengguna merupakan sebuah ancaman nyata bahwa pabrik tidak lagi membutuhkan banyak buruh didalamnya secara kasar kini perusahaan tidak lagi membutuhkan banyak tenaga manusia.
Yang kedua ekonomi digital yang masuk kedalam ranah industri, ketika penjualan dan distribusi tidak lagi secara manual. Sebut saja E-Commerce yaitu tempat penyebaran, pembelian, penjualan, pemasaran barang dan jasa melalui sistem elektronik seperti internet atau televisi, www, atau jaringan komputer lainnya. E-commerce dapat melibatkan transfer dana elektronik, pertukaran data elektronik, sistem manajemen inventori otomatis, dan sistem pengumpulan data otomatis. Jelas hal ini lebih bergerak kepada digitalisasi.
Pada akhirnya ancaman yang nyata tadi memimbulkan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) yang akhirnya tumbuh masalah sosial berupa pengangguran, karena setelah di PHK sulit untuk kembali mencari lapangan pekerjaan.
Perlu upaya meningkatkan kualitas SDM untuk seluruh masyarakat juga peningkatan mental dalam upaya menubuhkan kesiapan menghadapi Revolusi Industri karena kita sebagai generasi yang bisa membawa perubahan lakukan pembekalan ilmu untuk semua masyarakat dan buat manusia berkembang dalam menggunakan perkembangan teknologi sehingga tidak terkalahkan oleh  perkembangan zaman. Kepada pemerintah berikan pelatihan kepada mereka yang belum mengeyam pendidikan mulai dari pendidikan dasar maupun pendidikan tinggi, berikan jaminan sosial agar mereka dapat hidup dengan layak dan buat perubahan untuk menuju Indonesia yang unggul dan siap terhadap perkembangan teknologi, perkembangan zaman, serta kemungkinan lahirnya Revolusi Industri 5.0 yang lebih mengancam kehidupan manusia yang tidak mempunyai bekal sejak dini.
*Penulis merupakan mahasiswa semester IV, Mata kuliah Hubungan Industrial, Prodi Ilmu Komunikasi, FISIP, UNTIRTA.

Referensi



Revolusi Industri Diakses pada tanggal 7 Februari 2020 13:27 di https://id.wikipedia.org/wiki/Revolusi_Industri

Revolusi Industri Kedua Diakses pada tanggal 7 Februari 2020 13:35 di https://id.wikipedia.org/wiki/Revolusi_Industri_Kedua

Sihnanto. Dr. 2013. Definisi Kesejahteraan Sosial. Diakses pada tanggal 8 Februari  07:40 di https://dr-sihnanto.blogspot.com

Setiobudi. Eko. 2019. Buruh dan Industri 4.0 Diakses pada tanggal 8 Februari 08:02 di https://geotimes.co.id/opini/buruh-dan-industri-4-0/

Zeisha. Karisa. 2019. Perkembangan Revolusi Industri 1.0 Hingga 4.0 Diakses pada tanggal 8 Februari 08:42 di https://josay.org/perkembangan-revolusi-industri-dari-1-0-hingga-4-0-apa-perbedaannya/